Bijak Memberi Nasihat

Dalam tinjauan fikih, nasihat termasuk ke dalam fardhu kifayah. Artinya, ketika ada segolongan orang telah memberikan nasihat, maka gugurlah kewajiban yang lainnya. Meskipun demikian, fardhu kifayah ini masih bersifat umum dan bisa mengerucut menjadi fardhu ain. Misalnya ketika seseorang dimintai nasihat dan ia sendiri mampu memberikannya, maka ia wajib memberikannya. Demikian pula ketika seseorang mengetahui masalah orang lain dan ia mampu memberikannya solusi.

Tentu saja, tujuan baik kita dalam memberikan nasihat harus dikemas sedemikian rupa sehingga tujuan dari nasihat itu bisa tercapai. Karenanya, kita dituntut untuk memahami metode yang tepat dalam menyampaikannya. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.

Pertama, fokus dan tidak bertele-tele.

Kedua, pilihlah sarana yang tepat. Kita bisa langsung berhadapan dengan objek ataupun bisa menggunakan mediator lain seperti surat atau email. Bisa pula secara tidak langsung yaitu menggunakan orang ketiga yang amanah dan mampu menyampaikan pesan kita dengan baik.

Ketiga, pilihlah kata-kata yang tidak menyinggung. Dalam hal ini, kita perlu memahami masalah secara baik dan mencari strategi dalam hal memilih kata-kata. Intinya, kita bisa melewati jalur lain untuk kemudian masuk ke dalam fokus.

Keempat, kita jangan memberi nasihat di muka umum, karena itu akan mempermalukan orang yang kita nasihati.

Kelima, memahami permasalahan orang yang akan kita nasihati. Kalau permasalahan yang kita ketahui masih samar, maka kita jangan langsung turun tangan menyelesaikannya. Kita harus mendapatkan informasi yang benar, akurat, dan lengkap tentang sebuah masalah.

Keenam, mengetahui watak dan tingkat wawasan orang yang akan kita beri nasihat. Apakah wawasannya dalam masalah keagamaannya sudah baik atau belum. Bagi orang yang sudah mengetahui teori-teori agama, maka akan lebih baik diberi nasihat dengan perbuatan kita (dakwah bil hal) untuk kemudian dengan kata-kata. Lain halnya dengan orang yang tidak paham tentang ilmu agama, pendekatannya bisa lewat ceramah atau nasihat langsung.

Ketujuh, persiapkanlah mental, fisik, juga penampilan secara baik.

Ada beberapa tipe orang yang akan diberi nasihat. Pertama, mereka yang segera menyambut nasihat dengan sangat baik.

Kedua, kita akan berhadapan dengan orang yang setengah-setengah dalam menerima nasihat; antara menuruti dan mengabaikan nasihat. Untuk menghadapi orang seperti ini, kita memerlukan kesabaran ekstra, karena boleh jadi nasihat yang kita berikan harus disampaikan berulang-ulang.

Terakhir adalah orang yang acuh tak acuh (cuek). Hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi orang seperti ini adalah kekuatan mental. Mungkin kita akan disepelekan, diejek, bahkan dianiaya oleh orang seperti ini. Semua ini dapat kita hadapai apabila kita telah mempersiapkan segalanya dengan baik. Bila tidak, bisa jadi penolakan mereka akan membuat kita putus asa bahkan menimbulkan buruk sangka kepada Allah SWT. Bekal terpenting adalah memperkuat kualitas keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah semata.

Tentu, rujukan utama bagi kita dalam hal menyampaikan nasihat ini tidak lain adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok manusia yang mampu menyelaraskan antara nasihat dengan ucapan juga nasihat dengan perbuatan. Tatkala memberikan nasihat pun, beliau selalu melihat kondisi dan sifat orang yang meminta nasihat tersebut, agar nasihat yang diberikan tepat sasaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Metal Slug

Obat Hati....dengarkanlah

Buku tamu

<
ShoutMix chat widget
>