Sejarah Perkembangan Prosessor Intel

Ini adalah sedikit dari sejarah perkembangan Prosessor Intel
  • Debut Intel dimulai dengan processor seri MCS4 yang merupakan cikal bakal dari prosesor i4040. Processor 4 bit ini yang direncanakan untuk menjadi otak calculator , pada tahun yang sama (1971), intel membuat revisi ke i440. Awalnya dipesan oleh sebuah perusahaan Jepang untuk pembuatan kalkulator , ternyata prosesor ini jauh lebih hebat dari yang diharapkan sehingga Intel membeli hak guna dari perusahaan Jepang tersebut untuk perkembangan dan penelitian lebih lanjut. Di sinilah cikal bakal untuk perkembangan ke arah prosesor komputer.
  • Berikutnya muncul processor 8 bit pertama i8008 (1972), tapi agak kurang disukai karena multivoltage.. lalu baru muncul processor i8080, disini ada perubahan yaitu jadi triple voltage, pake teknologi NMOS (tidak PMOS lagi), dan mengenalkan pertama kali sistem clock generator (pake chip tambahan), dikemas dalam bentuk DIP Array 40 pins. Kemudian muncul juga processor2 : MC6800 dari Motorola -1974, Z80 dari Zilog -1976 (merupakan dua rival berat), dan prosessor2 lain seri 6500 buatan MOST, Rockwell, Hyundai, WDC, NCR dst. Z80 full compatible dengan i8008 hanya sampai level bahasa mesin. Level bahasa rakitannya berbeda (tidak kompatibel level software). Prosesor i8080 adalah prosesor dengan register internal 8-bit, bus eksternal 8-bit, dan memori addressing 20-bit (dapat mengakses 1 MB memori total), dan modus operasi REAL.
  • Thn 77 muncul 8085, clock generatornya onprocessor, cikal bakalnya penggunaan single voltage +5V (implementasi s/d 486DX2, pd DX4 mulai +3.3V dst).
  • i8086, prosesor dengan register 16-bit, bus data eksternal 16-bit, dan memori addressing 20-bit. Direlease thn 78 menggunakan teknologi HMOS, komponen pendukung bus 16 bit sangat langka , sehingga harganya menjadi sangat mahal.
  • Maka utk menjawab tuntutan pasar muncul i8088 16bit bus internal, 8bit bus external. Sehingga i8088 dapat memakai komponen peripheral 8bit bekas i8008. IBM memilih chip ini untuk pebuatan IBM PC karena lebih murah daripada i8086. Kalau saja CEO IBM waktu itu tidak menyatakan PC hanyalah impian sampingan belaka, tentu saja IBM akan menguasai pasar PC secara total saat ini. IBM PC first release Agustus 1981 memiliki 3 versi IBM PC, IBM PC-Jr dan IBM PC-XT (extended technology). Chip i8088 ini sangat populer, sampai NEC meluncurkan sebuah chip yang dibangun berdasarkan spesifikasi pin chip ini, yang diberi nama V20 dan V30. NEC V20 dan V30 adalah processor yang compatible dengan intel sampai level bahasa assembly (software).

Chip 8088 dan 8086 kompatibel penuh dengan program yang dibuat untuk chip 8080, walaupun mungkin ada beberapa program yang dibuat untuk 8086 tidak berfungsi pada chip 8088 (perbedaan lebar bus)

  • Lalu muncul 80186 dan i80188.. sejak i80186, prosessor mulai dikemas dalam bentuk PLCC, LCC dan PGA 68 kaki.. i80186 secara fisik berbentuk bujursangkar dengan 17 kaki persisi (PLCC/LCC) atau 2 deret kaki persisi (PGA) dan mulai dari i80186 inilah chip DMA dan interrupt controller disatukan ke dalam processor. semenjak menggunakan 286, komputer IBM menggunakan istilah IBM PC-AT (Advanced Technology)dan mulai dikenal pengunaan istilah PersonalSystem (PS/1). Dan juga mulai dikenal penggunaan slot ISA 16 bit yang dikembangkan dari slot ISA 8 bit , para cloner mulai ramai bermunculan. Ada AMD, Harris & MOS yang compatible penuh dengan intel. Di 286 ini mulai dikenal penggunaan Protected Virtual Adress Mode yang memungkinkan dilakukannya multitasking secara time sharing (via hardware resetting).

Tahun 86 IBM membuat processor dengan arsitektur RISC 32bit pertama untuk kelas PC. Namun karena kelangkaan software, IBM RT PC ini "melempem" untuk kelas enterprise, RISC ini berkembang lebih pesat, setidaknya ada banyak vendor yang saling tidak kompatibel.

  • Lalu untuk meraih momentum yang hilang dari chip i8086, Intel membuat i80286, prosesor dengan register 16-bit, bus eksternal 16-bit, mode protected terbatas yang dikenal dengan mode STANDARD yang menggunakan memori addressing 24-bit yang mampu mengakses maksimal 16 MB memori. Chip 80286 ini tentu saja kompatibel penuh dengan chip-chip seri 808x sebelumnya, dengan tambahan beberapa set instruksi baru. Sayangnya chip ini memiliki beberapa bug pada desain hardware-nya, sehingga gagal mengumpulkan pengikut.
  • Pada tahun 1985, Intel meluncurkan desain prosesor yang sama sekali baru: i80386. Sebuah prosesor 32-bit , dalam arti memiliki register 32-bit, bus data eksternal 32-bit, dan mempertahankan kompatibilitas dengan prosesor generasi sebelumnya, dengan tambahan diperkenalkannya mode PROTECTED 32-BIT untuk memori addressing 32-bit, mampu mengakses maksimum 4 GB , dan tidak lupa tambahan beberapa instruksi baru. Chip ini mulai dikemas dalam bentuk PGA (pin Grid Array)
  • Prosesor Intel sampai titik ini belum menggunakan unit FPU secara
    internal . Untuk dukungan FPU, Intel meluncurkan seri 80x87. Sejak 386 ini mulai muncul processor cloner : AMD, Cyrix, NGen, TI, IIT, IBM (Blue Lightning) dst, macam-macamnya :

    i80386 DX (full 32 bit)
    i80386 SX (murah karena 16bit external)
    i80486 DX (int 487)
    i80486 SX (487 disabled)
    Cx486 DLC (menggunakan MB 386DX, juga yang lain)
    Cx486 SLC (menggunakan MB 386SX)
    i80486DX2
    i80486DX2 ODP
    Cx486DLC2 (arsitektur MB 386)
    Cx486SLC2 (arsitektur MB 386)
    i80486DX4
    i80486DX4 ODP
    i80486SX2
    Pentium
    Pentium ODP

  • Sekitar tahun 1989 Intel meluncurkan i80486DX. Seri yang tentunya sangat populer, peningkatan seri ini terhadap seri 80386 adalah kecepatan dan dukungan FPU internal dan skema clock multiplier (seri i486DX2 dan iDX4), tanpa tambahan instruksi baru. Karena permintaan publik untuk prosesor murah, maka Intel meluncurkan seri i80486SX yang tak lain adalah prosesor i80486DX yang sirkuit FPU-nya telah disabled . Seperti yang seharusnya, seri i80486DX memiliki kompatibilitas penuh dengan set instruksi chip-chip seri sebelumnya.
  • AMD dan Cyrix kemudian membeli rancangan prosesor i80386 dan i80486DX untuk membuat prosesor Intel-compatible, dan mereka terbukti sangat berhasil. Pendapat saya inilah yang disebut proses 'cloning', sama seperti cerita NEC V20 dan V30. AMD dan Cyrix tidak melakukan proses perancangan vertikal (berdasarkan sebuah chip seri sebelumnya), melainkan berdasarkan rancangan chip yang sudah ada untuk membuat chip yang sekelas.
  • Tahun 1993, dan Intel meluncurkan prosesor Pentium. Peningkatannya terhadap i80486: struktur PGA yang lebih besar (kecepatan yang lebih tinggi , dan pipelining, TANPA instruksi baru. Tidak ada yang spesial dari chip ini, hanya fakta bahwa standar VLB yang dibuat untuk i80486 tidak cocok (bukan tidak kompatibel) sehingga para pembuat chipset terpaksa melakukan rancang ulang untuk mendukung PCI. Intel menggunakan istilah Pentium untuk meng"hambat" saingannya. Sejak Pentium ini para cloner mulai "rontok" tinggal AMD, Cyrix . Intel menggunakan istilah Pentium karena Intel kalah di pengadilan paten. alasannya angka tidak bisa dijadikan paten, karena itu intel mengeluarkan Pentium menggunakan TM. AMD + Cyrix tidak ingin tertinggal, mereka mengeluarkan standar Pentium Rating (PR) sebelumnya ditahun 92 intel sempat berkolaborasi degan Sun, namun gagal dan Intel sempat dituntut oleh Sun karena dituduh menjiplak rancangan Sun. Sejak Pentium, Intel telah menerapkan kemampuan Pipelining yang biasanya cuman ada diprocessor RISC (RISC spt SunSparc). Vesa Local Bus yang 32bit adalah pengembangan dari arsitektur ISA 16bit menggunakan clock yang tetap karena memiliki clock generator sendiri (biasanya >33Mhz) sedangkan arsitektur PCI adalah arsitektur baru yang kecepatan clocknya mengikuti kecepatan clock Processor (biasanya kecepatannya separuh kecepatan processor).. jadi Card VGA PCI kecepatannya relatif tidak akan sama di frekuensi MHz processor yang berbeda alias makin cepat MHz processor, makin cepat PCI-nya
  • Tahun 1995, kemunculan Pentium Pro. Inovasi disatukannya cache memori ke dalam prosesor menuntut dibuatnya socket 8 . Pin-pin prosesor ini terbagi 2 grup: 1 grup untuk cache memori, dan 1 grup lagi untuk prosesornya sendiri, yang tak lebih dari pin-pin Pentium yang diubah susunannya . Desain prosesor ini memungkinkan keefisienan yang lebih tinggi saat menangani instruksi 32-bit, namun jika ada instruksi 16-bit muncul dalam siklus instruksi 32-bit, maka prosesor akan melakukan pengosongan cache sehingga proses eksekusi berjalan lambat. Cuma ada 1 instruksi yang ditambahkan: CMOV (Conditional MOVe) .
  • Tahun 1996, prosesor Pentium MMX. Sebenarnya tidak lebih dari sebuah Pentium dengan unit tambahan dan set instruksi tambahan, yaitu MMX. Intel sampai sekarang masih belum memberikan definisi yang jelas mengenai istilah MMX. Multi Media eXtension adalah istilah yang digunakan AMD . Ada suatu keterbatasan desain pada chip ini: karena modul MMX hanya ditambahkan begitu saja ke dalam rancangan Pentium tanpa rancang ulang, Intel terpaksa membuat unit MMX dan FPU melakukan sharing, dalam arti saat FPU aktif MMX non-aktif, dan sebaliknya. Sehingga Pentium MMX dalam mode MMX tidak kompatibel dengan Pentium.

Bagaimana dengan AMD K5? AMD K5-PR75 sebenarnya adalah sebuah 'clone' i80486DX dengan kecepatan internal 133MHz dan clock bus 33MHz . Spesifikasi Pentium yang didapat AMD saat merancang K5 versi-versi selanjutnya dan Cyrix saat merancang 6x86 hanyalah terbatas pada spesifikasi pin-pin Pentium. Mereka tidak diberi akses ke desain aslinya. Bahkan IBM tidak mampu membuat Intel bergeming (Cyrix, mempunyai kontrak terikat dengan IBM sampai tahun 2005)

Mengenai rancangan AMD K6, tahukah anda bahwa K6 sebenarnya adalah rancangan milik NexGen ? Sewaktu Intel menyatakan membuat unit MMX, AMD mencari rancangan MMX dan menambahkannya ke K6. Sayangnya spesifikasi MMX yang didapat AMD sepertinya bukan yang digunakan Intel, sebab terbukti K6 memiliki banyak ketidakkompatibilitas instruksi MMX dengan Pentium MMX.

  • Tahun 1997, Intel meluncurkan Pentium II, Pentium Pro dengan teknologi MMX yang memiliki 2 inovasi: cache memori tidak menjadi 1 dengan inti prosesor seperti Pentium Pro , namun berada di luar inti namun berfungsi dengan kecepatan processor. Inovasi inilah yang menyebabkan hilangnya kekurangan Pentium Pro (masalah pengosongan cache) Inovasi kedua, yaitu SEC (Single Edge Cartidge), Kenapa? Karena kita dapat memasang prosesor Pentium Pro di slot SEC dengan bantuan adapter khusus. Tambahan : karena cache L2 onprocessor, maka kecepatan cache = kecepatan processor, sedangkan karena PII cachenya di"luar" (menggunakan processor module), maka kecepatannya setengah dari kecepatan processor. Disebutkan juga penggunaan Slot 1 pada PII karena beberapa alasan :

Pertama, memperlebar jalur data (kaki banyak - Juga jadi alasan Socket 8), pemrosesan pada PPro dan PII dapat paralel. Karena itu sebetulnya Slot 1 lebih punya kekuatan di Multithreading / Multiple Processor. ( sayangnya O/S belum banyak mendukung, benchmark PII dual processorpun oleh ZDBench lebih banyak dilakukan via Win95 ketimbang via NT)

Kedua, memungkinkan upgrader Slot 1 tanpa memakan banyak space di Motherboard sebab bila tidak ZIF socket 9 , bisa seluas Form Factor(MB)nya sendiri konsep hemat space ini sejak 8088 juga sudah ada .Mengapa keluar juga spesifikasi SIMM di 286? beberapa diantaranya adalah efisiensi tempat dan penyederhanaan bentuk.

Ketiga, memungkinkan penggunaan cache module yang lebih efisien dan dengan speed tinggi seimbang dengan speed processor dan lagi-lagi tanpa banyak makan tempat, tidak seperti AMD / Cyrix yang "terpaksa" mendobel L1 cachenya untuk menyaingi speed PII (karena L2-nya lambat) sehingga kesimpulannya AMD K6 dan Cyrix 6x86 bukan cepat di processor melainkan cepat di hit cache! Sebab dengan spec Socket7 kecepatan L2 cache akan terbatas hanya secepat bus data / makin lambat bila bus datanya sedang sibuk, padahal PII thn depan direncanakan beroperasi pada 100MHz (bukan 66MHz lagi). Point inilah salah satu alasan kenapa intel mengganti chipset dari 430 ke 440 yang berarti juga harus mengganti Motherboard.

oleh Onno W Purbo : klik di sini..

Hakikat Cinta

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka.

Empat Rahasia Ahli Syukur

Semoga Allah Yang Maha Menatap, Maha Gagah, Maha Menguasai segala-galanya mengaruniakan kepada kita hati yang bersih sehingga bisa menangkap hikmah di balik kejadian apapun yang kita rasa dan kita saksikan , karena penderitaan dalam hidup bukan karena kejadian yang menimpa tapi karena kita tertutup dari hikmah.

Allah menakdirkan apapun Maha Cermat, tidak pernah mendzolimi makhluk-makhluknya, kita sengsara adalah karena kita yang mendzolimi diri sendiri.

Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat Allah, sesungguhnya ia telah membuka jalan hilangnya nikmat dari dirinya. Akan tetapi barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia telah memberi ikatan yang kuat pada kenikmatan Allah itu.

Firman Allah SWT :

La in Syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur , niscaya Aku akan menambah rezekimu)(QS. 14 ; 7)

Wa maa bikummin ni’matin faminALLAHi tsumma idzaa massakumudllurru failaihi tajaruun (Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah datangnya, dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan , maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(QS . 16 ; 53)

Wa ammaa bini’mati rabbika fahaddits (Dan terhadap Nikmat Tuhan-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)(QS . 93 ; 11)*

*(diambil dari kitab Al Hikam ; Syekh Ahmad Atailah)

Jadi setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu nikmat lainnya, kita sering menginginkan nikmat padahal rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas nikmat yang ada , jangan engkau lepaskan nikmat yang besar dengan tidak mensyukuri nikmat yang kecil.

Tidak usah risau terhadap nikmat yang belum ada , justru risaulah kalau nikmat yang ada tidak disyukuri, Allah sudah berjanji kepada kita dengan janji yang pasti ditepati La in Syakartum la-aziidannakum (jika kalian bersyukur , niscaya Aku akan menambah rezekimu) (QS. 14 ; 7)

Maka daripada kita sengsara oleh nikmat yang belum ada lebih baik bagaimana yang ada bisa disyukuri , sayangnya kalau kita mendengar kata syukuran itu yang terbayang hanya makanan, padahal syukuran itu adalah bentuk amal yang dahsyat sekali pengaruhnya.

Syarat yang pertama menjadi ahli syukur adalah hati tidak merasa memiliki, tidak merasa dimiliki kecuali yakin segalanya milik Allah SWT.

Makin kita merasa memiliki sesuatu akan makin takut kehilangan, takut kehilangan adalah suatu bentuk kesengsaraan , tapi kalau kita yakin semuanya milik Allah ,maka diambil oleh Allah tidak layak kita merasa kehilangan karena kita merasa tertitipi. Makin merasa rejeki itu milik manusia kita akan merasa berharap kepada manusia dan akan makin sengsara, senikmat-nikmat dalam hidup adalah kalau kita tidak berharap kepada mahluk tetapi berharap hanya kepada Allah SWT.

Rahasia yang kedua ahli syukur adalah "orang yang selalu memuji Allah dalam segala kondisi ", karena apa? karena kalau dibandingkan antara nikmat dengan musibah tidak akan ada apa-apanya. Musibah yang datang tidak sebanding dengan samudera nikmat yang tiada bertepi.

Apa yang harus membuat kita menderita? adalah menderita karena kita tamak kepada yang belum ada, ciri yang ketiga dari ahli syukur adalah manfaatkan nikmat yang ada untuk mendekat kepada Allah, alkisah ada tiga pengendara kuda masuk kedalam belantara, ketika dia tertidur kemudian saat terjaga dilihat kudanya telah hilang semua , betapa kagetnya mereka dan pada saat yang sama dalam keadaan kaget, ternyata seorang raja yang bijaksana melihat hal tersebut dan mengirimkan kuda yang baru lengkap dengan perbekalan, ketika dikirimkan reaksi ketiga pengendara yang hilang kudanya itu berbeda-beda, si-A kaget dan berkomentar" wah ini hebat sekali kuda, bagus ototnya, bekalnya banyak pula!, dia sibuk dengan kuda tanpa bertanya kuda siapakah ini".

Si-B, gembira dengan kuda yang ada dan berkomentar "wah ini kuda hebat, sambil berterima kasih kepada yang memberi, sikap C beda lagi, ia berkomentar "lho ini bukan kuda saya, ini kuda milik siapa? yang ditanya menjawab "ini kuda milik raja", si-C bertanya kembali "kenapa raja memberikan kuda ini? dijawab" sebab raja mengirim kuda agar engkau mudah bertemu dengan sang raja". Dia gembira bukan karena bagusnya kuda, dia gembira karena kuda dapat memudahkan dia dekat dengan sang raja.

Nah begitulah, si-A adalah manusia yang kalau mendapatkan mobil, motor, rumah, dan kedudukan sibuk dengan kendaraan itu, tanpa sadar bahwa itu adalah titipan. Orang yang paling bodoh adalah orang yang punya dunia tapi dia tidak sadar bahwa itu titipan Allah, yang B mungkin adalah model kita yang ketika senang kita mengucap Alhamdulillah, tetapi ahli syukur yang asli adalah yang ketiga yang kalau punya sesuatu dia berpikir bahwa inilah kendaraan yang dapat menjadi pendekat kepada Allah SWT.

Ketika mempunyai uang dia mengucap Alhamdulillah, uang inilah pendekat saya kepada Allah, dia tidak berat untuk membayar zakat, dia ringan untuk bersadaqah, karena tidak akan berkurang harta dengan bersadaqah.

Maka, jika sahabat ingin banyak uang ? sederhana saja rumusnya, pakailah uang yang ada untuk berjuang di jalan Allah, jangan heran jika rejeki datang melimpah, punya rumah ingin nikmat bukan masalah ada atau tidak ada AC, bukan masalah ukuran ,tetapi rumah yang nikmat adalah rumah yang menjadi kendaraan untuk mendekat kepada Allah, bangunlah rumah yang tidak membuat kita sombong belilah acessories rumah yang membuat setiap tamu yang datang menjadi dekat kepada Allah, bukan ingat kepada kekayaan kita, pasanglah hiasan yang mebuat tamu kita ingat kepada kekuasaan Allah bukan kekuasaan kita, itulah rumah yang Insya Allah tenang dan barokah, tapi kalau rumah dipakai untuk pamer dan menginginkan kursi yang amat mewah, potret-potretnya yang tidak membuat ingat kepada Allah, malah ujub, riya takabur, tidak usah heran rumah itu semakin diminati pencuri, dan rumah yang diminati pencuri itu membuat strees bagi yang punya, dia harus
menyewa alarm, menggaji satpam, di depan haru s ada anjing,coba kalau rumahnya ingat kepada Allah dia tidak akan sesibuk itu.

Mohon maaf kepada saudara-saudaraku yang kaya tidak apa-apa memiliki yang bagus, tapi usahakan setiap tamu yang masuk ke rumah bukan ingat kepada kita tetapi ingat kepada kekayaan Allah.Andai kita mempunyai jabatan , lalu bagaimana cara mensyukurinya? gunakanlah jabatan itu agar karyawan kita dekat kepada Allah.

Kesungguhan kita untuk mendidik anak lebih baik daripada, punya anak tetapi tidak tahu agama, lalu bagaimana anak itu akan memuliakan ibu bapaknya? ketika kita mati mereka hanya berebut harta warisan jangankan mensholatkan ibu bapaknya.

Maka orang yang bersyukur yang adalah orang yang mendidik anaknya supaya dekat dengan Allah, di dunia nama orang tuanya terbawa harum karena anaknya mulia, di kubur lapang kuburnya karena doa anaknya, di akherat Insya Allah akan terbawa karena barokah mendidik anak.

Kunci syukur yang keempat adalah berterima kasih kepada yang telah menjadi jalan nikmat, seorang anak disebut ahli syukur kalau dia tahu balas budi kepada ibu dan bapaknya, dimana-mana anak sholeh itu harum namanya, tapi anak durhaka tidak pernah ada jalan menjadi mulia sebab kenapa? karena mereka tidak tahu balas budi. Benar orang tua kita tidak seideal yang kita harapkan , tetapi masalah kita bukan bagaimana sikap orang tua kepada kita, tetapi sikap kita kepada orang tua.

Saudara-saudaraku yang budiman negeri kita dikatakan negeri bersyukur kalau sadar bahwa negeri ini adalah titipan dari Allah, bukan milik sesorang, bukan milik pahlawan, bukan milik siapapun yang membangun negeri, tapi negeri ini tidak ada pemiliknya selain Allah tapi kita episodenya hidup di Indonesia.

Maka syukuri , jangan minder jadi orang Indonesia yang disebutkan negara koruptor, tetapi justru kita yang harus bangkit untuk tidak korupsi ! dengan minder tidak akan menyelesaikan masalah.Kita harus bangkit !!, negara ini harus jadi ladang untuk mendekat kepada Allah.

Dengan ada perasaan dongkol, sakit hati itu semuanya tidak akan menyelesaikan masalah tetapi justru akan menambah masalah , sekarang justru kesempatan kita menjadi bagian dari masalah atau menjadi bagian dari solusi , daripada sibuk mempermasalahkan masalah lebih baik mari kita sedikit demi sedikit menyelsaikan masalah, itulah namanya syukur nikmat.

Dan sahabat-sahabat , salah satu tugas kita untuk mensyukuri nikmat adalah kita harus memilih pemimpin kita yang berakhlaq baik yang bisa membimbing kita , rakyat seluruh negeri ini menjadi orang yang baik-baik, kita membutuhkan suri tauladan yang baik, jangan pernah melihat orang dari topeng duniawinya tetapi lihatlah orang dari akhlaqnya karemna akhlaq adalah buah dari keimanan dan keilmuan yang diamalkan, harta, gelar, pangkat, jabatan dan kedudukan yang tidak menjadikan kemuliaan akhlaq seseorang, berarti dia telah terpedaya, kita tidak membutuhkan topeng, yang kita butuhkan adalah isi, dan isi inilah milik orang-orang yang ahli syukur kepada Allah.

Mudah-mudahan daripada kita memikirkan yang tidak ada , lebih baik mensyukuri yang ada Wallahu a’lam Bishowab (mikha)

Bijak Memberi Nasihat

Dalam tinjauan fikih, nasihat termasuk ke dalam fardhu kifayah. Artinya, ketika ada segolongan orang telah memberikan nasihat, maka gugurlah kewajiban yang lainnya. Meskipun demikian, fardhu kifayah ini masih bersifat umum dan bisa mengerucut menjadi fardhu ain. Misalnya ketika seseorang dimintai nasihat dan ia sendiri mampu memberikannya, maka ia wajib memberikannya. Demikian pula ketika seseorang mengetahui masalah orang lain dan ia mampu memberikannya solusi.

Tentu saja, tujuan baik kita dalam memberikan nasihat harus dikemas sedemikian rupa sehingga tujuan dari nasihat itu bisa tercapai. Karenanya, kita dituntut untuk memahami metode yang tepat dalam menyampaikannya. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.

Pertama, fokus dan tidak bertele-tele.

Kedua, pilihlah sarana yang tepat. Kita bisa langsung berhadapan dengan objek ataupun bisa menggunakan mediator lain seperti surat atau email. Bisa pula secara tidak langsung yaitu menggunakan orang ketiga yang amanah dan mampu menyampaikan pesan kita dengan baik.

Ketiga, pilihlah kata-kata yang tidak menyinggung. Dalam hal ini, kita perlu memahami masalah secara baik dan mencari strategi dalam hal memilih kata-kata. Intinya, kita bisa melewati jalur lain untuk kemudian masuk ke dalam fokus.

Keempat, kita jangan memberi nasihat di muka umum, karena itu akan mempermalukan orang yang kita nasihati.

Kelima, memahami permasalahan orang yang akan kita nasihati. Kalau permasalahan yang kita ketahui masih samar, maka kita jangan langsung turun tangan menyelesaikannya. Kita harus mendapatkan informasi yang benar, akurat, dan lengkap tentang sebuah masalah.

Keenam, mengetahui watak dan tingkat wawasan orang yang akan kita beri nasihat. Apakah wawasannya dalam masalah keagamaannya sudah baik atau belum. Bagi orang yang sudah mengetahui teori-teori agama, maka akan lebih baik diberi nasihat dengan perbuatan kita (dakwah bil hal) untuk kemudian dengan kata-kata. Lain halnya dengan orang yang tidak paham tentang ilmu agama, pendekatannya bisa lewat ceramah atau nasihat langsung.

Ketujuh, persiapkanlah mental, fisik, juga penampilan secara baik.

Ada beberapa tipe orang yang akan diberi nasihat. Pertama, mereka yang segera menyambut nasihat dengan sangat baik.

Kedua, kita akan berhadapan dengan orang yang setengah-setengah dalam menerima nasihat; antara menuruti dan mengabaikan nasihat. Untuk menghadapi orang seperti ini, kita memerlukan kesabaran ekstra, karena boleh jadi nasihat yang kita berikan harus disampaikan berulang-ulang.

Terakhir adalah orang yang acuh tak acuh (cuek). Hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi orang seperti ini adalah kekuatan mental. Mungkin kita akan disepelekan, diejek, bahkan dianiaya oleh orang seperti ini. Semua ini dapat kita hadapai apabila kita telah mempersiapkan segalanya dengan baik. Bila tidak, bisa jadi penolakan mereka akan membuat kita putus asa bahkan menimbulkan buruk sangka kepada Allah SWT. Bekal terpenting adalah memperkuat kualitas keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah semata.

Tentu, rujukan utama bagi kita dalam hal menyampaikan nasihat ini tidak lain adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok manusia yang mampu menyelaraskan antara nasihat dengan ucapan juga nasihat dengan perbuatan. Tatkala memberikan nasihat pun, beliau selalu melihat kondisi dan sifat orang yang meminta nasihat tersebut, agar nasihat yang diberikan tepat sasaran.

Bersikap dengan Panduan Syariat

Seorang Muslim sejati senantiasa berpikir dan bersikap sesuai dengan tuntunan dan tuntutan syariat agamanya, termasuk dalam memilih pemimpin.

Agama menurut Dr MA Jabbar Beg (1984), mempengaruhi dan membentuk pandangan dunia (world view) seseorang. Agama menciptakan perasaan tanggung jawab terhadap Tuhan dengan menyadarkannya bahwa ia merupakan bagian dari alam semesta. Karena merupakan bagian dari alam semesta, maka ia pun tunduk pada aturan (syariat) Allah, sunnatullah, atau "hukum alam" (narural law). Jika tidak, kehidupannya akan kacau.

Agama, masih kata Jabbar Beg, bisa mempengaruhi sikap moral seseorang. Ia bisa mencegahnya berbuat jahat dan tercela; membuatnya mampu berbuat baik, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain.

Jika kita sepakat dengan pandangan di atas, kita melihat bagaimana pentingnya agama bagi kehidupan seseorang dan kehidupan di dunia ini pada umumnya. Kita juga bisa mengukur diri, apakah agama yang kita anut (Islam) telah berperan atau diperankan dalam diri kita sebagaimana dikatakan Beg di atas? Artinya, apakah Islam yang kita anut telah kita perankan dalam diri sebagai pencipta rasa tanggung jawab terhadap Tuhan (Allah SWT), memperbaharui sikap moral kita, dan menjadikan kita orang yang baik perilakunya? Apakah dalam memilih pemimpin, presiden misalnya, kita merujuk pada aturan Islam tentang kepemimpinan atau tentang syarat pemimpin menurut Islam?

Jika jawabannya "Ya", maka keberagamaan kita sudah benar. Bahwa kita memeluk Islam secara sungguh-sungguh, sesuai pengertian Islam itu sendiri, yakni pasrah pada ketentuan Allah SWT. Namun jika jawabannya "Tidak", ini yang menjadi masalah, apalah artinya keberagamaan kita?

Islam hanya menghendaki dianut oleh mereka yang mau dan mampu istiqamah, yakni konsisten atau berpegang teguh pada ajaran Islam. Dalam sebuah hadis diriwayatkan, Nabi SAW memberi nasihat pada seorang sahabatnya, "Katakanlah, aku beriman pada Allah, kemudian beristiqamahlah!".

Idealnya, jiwa seorang Muslim benar-benar tercelup oleh "celupan Allah" (shibghatullah), karena tidak ada yang lebih baik daripada celupan-Nya (QS. 2:138). Islam menghendaki umatnya menjadi umat pertengahan (ummatan wasathan) yang menjadi saksi atas umat manusia (QS. 2:143); mencintai Allah dengan sepenuh hati (QS. 2:165) yang terwujudkan dalam kepatuhan pada-Nya; melaksanakan "tauhid individual" dan "tauhid sosial" berupa melaksanakan ibadah ritual seperti shalat dan zakat, berlaku sabar dalam keadaan lapang dan sengsara, menepati janji, berbuat baik pada kerabat, anak yatim, kaum miskin, musafir, dan peminta-minta (QS. 2:177). Singkatnya: berbuat baik dan menafkahkan harta di jalan Allah (QS. 2:195).

Para pemeluk Islam telah digelari Allah sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat yang bertugas mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (QS. 3:110). Seorang Muslim senantiasa menyeru dan mengajak kepada kebaikan, dan sebaliknya senantiasa mengubah atau mencegah terjadinya kemunkaran, sekecil apa pun kemunkaran itu. Jika seorang Muslim tidak berperilaku sebagaimana tuntutan agamanya, maka bukan saja hal itu merugikan dirinya dan orang lain, tetapi juga menodai citra Islam sendiri. Perilaku buruk seorang Muslim akan mengakibatkan citra baik Islam "terhijab oleh umatnya sendiri". Apalagi banyak pihak yang mengidentikkan "Islam" dengan "Muslim", atau menyamakan Islam dengan perilaku individual Muslim. Akibatnya, kejelekan perilaku umat Islam divonis sebagai kejelekan Islam sebagai agama.

Padahal, ketika orang yang mengaku Muslim berbuat jahat, kita sepakat, bukan Islamnya yang salah atau tidak punya kekuatan mengatur perilaku umatnya agar berbuat baik dan benar. Akan tetapi orang itu sendiri yang tidak benar keislamannya. Alquran menegaskan, "masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan". Artinya, jika mengakui Islam sebagai agama anutan, kita diperintahkan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan dan tuntunan syariat Islam.

Dalam isu kepemimpinan, misalnya, Islam sudah menetapkan konsep yang jelas dan wajib diikuti oleh setiap Muslim. Syarat utama pimpinan yang harus dipilih umat Islam adalah seorang Muslim (QS. An-Nisa: 59, QS. Ali Imran: 28 dan 118) karena sang pemimpin bertugas membimbing umat mengamalkan syariat Allah, menegakkan syiar Islam di bumi ini, dan mengelola negara dengan pedoman syariat Allah SWT. Pemimpin umat atau negara dalam Islam berperan sebagai penunjuk arah, pengayom, sekaligus panutan. Karena itu, pemimpin haruslah sosok Muslim taat yang bersih, jujur, amanah, dan cerdas. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan meyakini ayat-ayat Kami. (QS. As-Sajdah: 24).

Seperti dicontohkan pada nabi dan khalifah sebagai pemimpin umat terdahulu, pemimpin umat berperan mengatur ragam permasalahan umat, duniawi, dan ukhrawi. Begitu pula semestinya pemimpin umat di negeri ini. Maka, umat Islam mesti mengangkat pemimpin yang mampu berperan seperti para nabi dan khalifah dulu. Karena itu, pemimpin umat wajib memiliki integritas iman, akhlak, ilmu, dan amal yang baik, sehingga mampu melaksanakan kepemimpinannya dan menjadi teladan umat. Paling tidak, pilihlah sosok yang mendekati kriteria tersebut, jangan memilih figur "bermasalah".

Jabatan pemimpin adalah amanah yang harus dipertanggungjawabakan kepada dua pihak: secara vertikal kepada Allah SWT dan secara horisontal kepada sesama manusia (yang dipimpinnya). Rasulullah SAW bersabda, "Bahwa (jabatan/kepemimpinan) itu amanat, dan ia di hari Kiamat akan menjadi kerugian dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang haq, serta menunaikan kewajiban yang terpikul di atas pundaknya" (HR. Muslim).

Hadis tadi memberikan peringatan, agar seseorang tidak menjadi pemimpin kecuali dengan cara yang benar, antara lain dipercaya dan dipilih oleh umat secara fair dan tanpa rekayasa. Bagi umat sendiri, hendaknya memilih pemimpin secara rasional dan berpatokan pada syariat. Jika tidak, kehancuran dan kehinaan akan melanda umat itu. Jangan sampai umat mempercayakan kepemimpinan kepada orang yang tidak kapabel dan tidak memiliki integritas iman, ilmu, dan amal. Maka, jangan salah pilih! Wallahu a'lam.

Belajar Dari Wajah

Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.

Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.

Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!

Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.***


Bekal Berumah Tangga

“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada suatu keluarga. Dia memperdalamkan pengetahuan agama kepada mereka. Menjadikan anak-anak mereka menghormati orang tua mereka. Memberikan kemudahan pada kehidupan mereka. Kesederhanaan dalam nafkah mereka dan memperlihatkan aib mereka, sehingga mereka menyadarinya,lalu menghentikan perbuatannya. Namun,apabila menghendaki sebaliknya, Dia meninggalkan dan menelantarkan mereka.” (H.R. Daaruqthni )

Semoga Allah yang Maha Mengatur Segala Kejadian serta Maha Memudahkan Segala Urusan melindungi hamba-hamba-Nya dari sikap berkecil hati,terutama manakala kepada kita dikaruniakan niat dan keinginan untuk memiliki pasangan hidup. Sebagian kecil dari kisah kehidupan yang terpapar berikut ini, masya Alloh,telah menunjukan kepada kita betapa tidak mudah mengayuh bahtera rumah tangga itu. Tidak cukup hanya diawali dengan keinginan untuk menikah belaka. Karena, ternyata tidak sedikit pasangan yang telah memasuki dunia rumah tangga menemui kenyataan bahwa pergantian hari-harinya telah menjadi pergantian kesusahan yang satu ke kesusahan berikutnya. Pernik-pernik masalah seakan telah menjadi seluruh dinding rumahnya.

Seorang ibu rumah tangga yang mengaku telah 16 tahun berumah tangga serta telah dikaruniai 3 orang putra-putri yang sehat dan cerdas, menumpahkan keluhan mengenai masalah rumah tangganya di rubrik konsultasi sebuah surat kabar. Dari segi materi duniawi, mereka keluarga yang berkecukupan karena keduanya bekerja di kantor.

Akan tetapi, ada ganjalan yang semula diabaikan dari pikiran sang istri. Ia merasakan pernikahannya terasa manis pada hari Sabtu dan Minggu saja, yakni ketika keduanya tidak ngantor, sehingga dapat berkumpul dengan seluruh keluarga. Selebihnya, dari Senin sampai Jumat, terasa hambar. Suaminya berkantor di sebuah gedung pusat perkantoran modern, yang menurut anggapan sang istri, tentulah setiap harinya akan bertemu dengan segala macam wanita, dari yang berbusana minim sampai yang bergaun sebatas tumit. Pemandangan semacam itu akan ditemui sang suami dari Senin hingga Jumat. Sedangkan, sang istri mengaku penampilannya di rumah biasa-biasa saja. Kini ia rasakan tidak lagi seramping dulu. Rata-rata suaminya pergi ke kantor sejak subuh dan pulang malam hari. Artinya, selama 15 jam setiap harinya. Ketika tiba di rumah pun, kegiatan-nya hanya makan malam, lalu pergi tidur. Begitu yang terjadi setiap hari. Suaminya seperti sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk berbincang-bincang dengannya. Kalaupun ia bertanya tentang sesuatu, jawaban yang keluar dari mulut sang suami singkat-singkat saja. Kalau suatu ketika ia bercerita tentang sesuatu, ia tidak tahu apakah didengarkan atau tidak karena suaminya Cuma diam dan acuh tak acuh. Kalaupun mengomentarinya, pastilah kata-kata yang terlontar itu berbau memojokkan sang istri.

Satu hal yang paling ia benci adalah saat tiba hari Minggu malam. Sepulang dari suatu tempat, biasanya suaminya mulai ketus. Bahkan tidak jarang keduanya terlibat lagi dipersoalkan sang suami adalah sikap sang istri yang dinilai cerewet dan suka mengatur. Suaminya mulai bersikap baik lagi kalau tiba Jumat malam. Karena, Sabtu paginya mereka akan berkumpul bersama lagi hingga Minggu petang. Yang lebih repot lagi, ia sering bermimpi bahwa suaminya menyeleweng dengan wanita lain. Sehingga, kalau sang suami lagi tampak terdiam melamun, ia pun langsung teringat akan mimpinya tersebut. Karuan saja dari hari ke hari kian bergumpal kecemasan dan kegelisahan yang tak berujung dan berpangkal.

Itulah gambaran tentang satu sisi getir dari kehidupan berumah tangga, yang bias dialami oleh siapa saja, tanpa terkecuali. Lebih-lebih pada pasangan muda, yang notabene pengalaman berumah tangganya masih sedikit. Tentu cerita nyata ini tidak mengajak siapa pun untuk bersikap pesimistis dan cemas sebelum berbuat. Bagaimanapun pernik-pernik problematika rumah tangga semacam ini bisa juga terjadi menimpa kita. Terutama, kalau ada sesuatu yang tidak sempat kita persiapkan, baik sebelum memasuki gerbang pernikahan maupun setelah menjalani kehidupan berumah tangga. Faktor-faktor apa saja yang perlu kita persiapkan itu? Mudah-mudahan beberapa “resep” ini kalau dicoba diterapkan, bisa membuat perjalanan pernikahan yang kita titi menjadi indah dan menenteramkan kalbu.

Bekal Ilmu

Faktor yang pertama adalah bahwa sebuah rumah tangga akan menjadi kokoh,kuat, dan mantap kalau suami istri sam-sama mencintai ilmu. Rasullulah SAW pernah bersabda, ”Barangsiapa yang menginginkan dunia,(mendapatkannya) harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat,(mendapatkannya) harus memakai ilmu. Barangsiapa yang menginginkan dunia dan akhirat (mendapatkannya pun) harus memakai ilmu.”

Artinya, bila ada yang bertanya, mengapa rumah tangga yang dijalaninya terasa berat, banyak kesulitan, dan tidak menemukan kedamaian, jawabannya adalah karena ternyata ilmu tentang berumah tangga yang dimiliki tidak sebanding dengan masalah yang dihadapi. Setiap hari akan selalu bertambah maslah, kebutuhan, maupun peluang munculnya konflik. Semua ini merupakan kenyataan hidup yang tidak akan pernah bisa dipungkiri .Bila pertambahan segala pernik kehidupan ini tidak diimbangi dengan pertambahan ilmu untuk menyiasatinya, maka pastilah sebuah keluarga tidak akan pernah mampu menghadapi hidup ini dengan bai Jangan heran kalau rumah tangga yang seperti ini bagaikan perahu yang kelebihan muatan. Dia akan tampak oleng, miring ke kiri, tak mau melaju denhgan semestinya, bahkan bias-bisa akan tenggelam karam.

Adapun ciri khas yang tampak adalah para penghuni rumah tangga itu selalu sangat mengandalkan emosi di dalam mengatasi setiap masalah yang muncul.

“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Q.S.Shaad [38]:26

Ciri khas yang tampak dari keluarga yang tidak memiliki ilmu dalam berumah tangga adalah para penghuninya selalu sangat mengandalkan emosi di dalam mengatasi setiap masalah yang muncul . Betapa tidak ! Karena, mereka tidak pernah tahu bagaimana cara menghadapi masalah yang selalu muncul seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga. Seorang ayah yang kurang ilmu akan sangat mengandalkan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan yang muncul. Ini dikarenakan semakin hari tuntutan kebutuhan hidup terus meningkat , sehingga potensial akan bertumpuk dalam pikiran , berjalin berkelindan dengan beban stressing mental karena rutinitas kesibukan kantor.Manakala iman tengah menipis, kendati batin pun akan mengendur. Ini mengakibatkan tindakan mencari nafkah untuk mengatasi pertambahan kebutuhan tersebut menjadi kurang terkontrol. Tak ayal , pertimbangan halal haram dan hak bathil pun jadi tertepiskan. Keberkahan atas rezeki yang diperoleh pun praktis terkikis. Ketika rezeki itu telah dinikmati oleh istri dan anak-anak di rumah, maka tidak bisa tidak , ia bukannya membuahkan ketenangan batin, melainkan kegundahgelisahan, yang ujung-ujungnya malah bisa menaikkan kadar emosionalitas sang ayah.

Sementara itu, anak-anak semakin hari semakin beranjak besar. Ketika masih bayi mereka butuh perhatian khusus. Keterbatasan ilmu orang tua, tidak bisa tidak, akan mengakibatkan bayi menjadi teraniaya, baik ketika itu maupun setelah mereka besar kelak. Tidakkah kalau mereka menjadi penyakitan karena orang tua tidak mengetahui cara memperhatikan aspek kesehatan mereka, akan membuat mereka menjadi sengsara dan menderita hidup di dunia? Tidakkah kalau mereka kelak menjadi rendah kadar intelektualitasnya, akan membuatnya tidak memiliki prestasi hidup, sehingga menjadi manusia yang gagal dan tersisihkan? Bukankah kalau kelak mereka menjadi anak-anak nakal, tersesat dari jalan yang benar akan membuat mereka menderita dunia akhirat ? Masih banyak lagi akibat buruk lainnya yang akan menimpa anak-anak karena kita para orang tua tidak memiliki bekal ilmu.

Belum lagi kalau pihak orang tua terlalu mengandalkan emosi dan kekerasan, sehingga praktis segala pendekatan yang kita gunakan hampir bisa dipastikan selalu membuahkan kegagalan dalam memecahkan masalah. Menghadapi anak-anak yang nakal dan enggan menuruti nasihat orang tua, misalnya. Tentulah akan didekati dengan kepala and hati yang panas membara. Menghadapi istri yang terkesan rewel , sok mengatur, dan mulai membosankan , atau sebaliknya, menghadapi suami yang terkesan otoriter , banyak tuntutan , sering telat pulang ke rumah, misalnya. Tentulah semua itu akan membuat rumah menjadi terasa gerah karena darah yang selalu bergolak panas. Na’udzubillah!

Walhasil, sekiranya ada diantara suami-istri yang jarang mendatangi majelis-majelis ilmu, enggan menyisihkan waktu untuk membuka bahan bacaan ataupun berdialog dengan orang yang lebih tahu, hampir dapat dipastikan rumah tangganya akan tidak seimbang, akan selalu dekat dengan kesusahan dan penderitaan batin, tidak arif dalam menyelesaikan aneka masalah, dan bukan mustahil akan berujung pada kegagalan yang sangat menyakitkan dan merugikan. Oleh karena itu, tampaknya kita harus mempersiapkan bekal ilmu ini justru semenjak kita berkeinginan untuk menikah. Atau, kalaupun kita sudah lama berumah tangga , belum terlambat untuk menyadari bahwa ilmu adalah bekal utama yang harus segera digapai. Jangan merasa sayang untuk menyisihkan sebagian dari waktu maupun penghasilan nafkah kita untuk menambah ilmu. Apakah itu untuk membeli buku dan bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan, untuk mendatangi majelis-majelis ta’lim yang di dalamnya justru tidak hanya bertaburkan ilmu, tetapi juga rahmat dan pertolongan Allah , mengikuti training, kursus, dan sejenisnya.

Ingat, gagalnya seorang ayah atau ibu dalam menyelesaiakan aneka masalah yang muncul di tengah-tengah keluarga, bukannya karena masalahnya yang berat atau rumit, melainkan lebih dikarenakan lemahnya keterampilan dan sikap kita dalam menyikapi dan menyiasati masalah itu sendiri.

Jangan salahkan siapapun kalau rumah tangga kita dari hari ke hari selalu terasa runyam dan tidak nyaman. Salahkanlah diri sendiri sebagai orang tua yang enggan menjadikan ilmu sebagai bekal utama untuk mengarungi samudera kehidupan yang memang penuh ombak dan badai ini. Ilmu agama adalah utama, tetapi ilmu dunia pun tak kalah pentingnya. Rumah tangga yang tidak dekat dengan ilmu adalah rumah tangga yang akan selalu dekat dengan kesusahan dan kesempitan. Camkanlah!

Gemar Beramal

Ternyata setiap ilmu itu tidak membawa manfaat, kecuali bila sudah mewujud dalam bentuk amal. Rumus kehidupan ini sebenanya sederhana saja, yakni: seseorang tidak akan mendapatkan sesuatu dari apa yang diinginkan, tetapi dari apa yang bisa ia lakukan. Karenanya, syarat yang kedua bagi tercapainya rumah tangga yang ideal setelah menguasai ilmu adalah gemar mengamalkannya. Hidup ini bagaikan gaung di pegunungan. Apa yang kembali kepada kita tergantung dari apa yang kita bunyikan. Sekiranya menginginkan suatu kebaikan menghampiri kita, maka ia tidak bisa datang hanya dengan cara meminta orang lain berbuat baik. Akan tetapi, terlebih dulu harus melakukan suatu kebaikan kepada orang lain.

Suami yang sibuk menyayangi dan membahagiakan istrinya lahir batin, niscaya akan mendapatkan balasan yang amat mengesankan dari sang istri. Demikian pun kalau istri ingin disayangi dan dibahagiakan suami. Jawabannya hanya satu : barangsiapa bisa memuliakan suaminya dengan ikhlas, Allah pun akan melembutkan hati sang suami untuk menyayanginya dengan penuh keikhlasan pula.

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(Q.S. Al-An’aam [6]: 132)

Jangan menuntut sesuatu kepada orang lain, tetapi tuntutlah terlebih dahulu diri kita untuk berbuat suatu kebaikan semaksimal mungkin. Tidakkah Allah Azza wa Jalla telah berfirman,”Barangsiapa yang mengerjakan kebaiakan sebesar dzarrah pun,niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya) pula. ?”(Q.S. Az-Zalzalah[99]:7-8 ). Artinya, segalanya tergantung kita. Sesungguhnyalah balasan Allah itu akan sangat dirasakan adilnya mana kala kita menyadari satu hal, yakni bahwa segalanya akan kembali kepada kita, tergantung apa bentuk amal yang dilakukan.

Camkan sekali lagi :bahwa kita tidak akan mendapatkan sesuatu dari apa yang kita inginkan dan harapkan, tetapi kita akan mendapatkan banyak dari apa yang diberikan. Semakin gemar bersedekah, maka insya Allah akan semakin melimpah rezeki hak kita dari -Nya. Semakin senang menolong orang lain, akan semakin banyak pula orang menolong kita. Semakin kita biasakan untuk membahagiakan dan memudahkan urusan orang lain, maka rasakanlah, betapa akan semakin banyak hal-hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan sementara segala urusan kita pun dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla. Hendaknya di mana kita berada harus membuat orang lain merasa diuntungkan dengan kehadiran kita. Setidaknya keberadaan kita jangan sampai merugikan orang lain. Rumah tangga yang memiliki komitmen hidup semacam ini niscaya akan mendapati betapa jaminan Allah itu teramat mengesankan. “ Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Menegtahui.”(Q.S. Al-Baqarah[2]: 158)

Sebaliknya, semakin pelit kepada orang lain, maka hidup ini akan terasa banyak menemukan kesulitan. Semakin senang berlaku aniaya terhadap orang lain, niscaya akan semakin banyak yang menzhalimi kita. Demikian pun, rumah tangga yang banyak menyakiti orang lain, niscaya akan menjadi rumah tangga yang banyak tersakiti pula. Inilah rumus sunatullah yang akan dialami oleh siapapun, sebagaimana pula yang telah ditegaskan oleh-Nya, “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. “(Q.S. Al –An’aam[6]:132)

Jadi,janganlah ingin menjadi suami yang disayangi istri, tetapi jadilah suami yang menyayangi istri. Janganlah ingin dihormati oleh anak-anak atau mertua, namun hormatilah mereka. Nanti toh semuanya akan kembali kepada kita jua. Janganlah ingin diberi sesuatu oleh tetangga, namun berilah mereka. Nanti Allah akan menggerakkan hati mereka untuk mengulurkan tangan bantuannya kepada kita. Walhasil, rumus yang kedua setelah ilmu sebagai bekal utama dalam berumah tangga, adalah hendaknya di mana pun kita berada menjadi orang yang selalu bisa berbuat sesuatu. Itulah amal-amal kebaikan.

Ikhlas

Ternyata sehebat apapun amal-amal kita tidak akan bermanfaat dihadapan Allah, kecuali amal-amal yang dilakukan dengan ikhlas. Orang yang ikhlas adalah orang yang berbuat sesuatu tanpa berharap mendapatkan apa pun ,kecuali ingin disukai oleh Allah. Inilah bekal utama ketiga dalam berumah tangga. Dalam mengarungi kehidupan ini akan banyak didapati aneka masalah. Kita pasti akan menemukan berbagai kesulitan ,kesempitan, dan kesengsaraan lahir batin, kecuali kalau mendapat pertolongan-Nya. Allah tahu persis kebutuhan kita, lebih tahu daripada kita sendiri. Dia tahu persis masalah yang akan menimpa kita , lebih tahu daripada kita sendiri. Karenanya, Allah menjanjikan , “Wa man yattaqillah yaj’allahu makhrajan.” (Q.S. Ath-Thalaaq [65]: 2) Rumah Tangga yang terus-menerus meningkatkan ketaatannya kepada Allah , akan senantiasa dikaruniai oleh-Nya jalan keluar atas segala urusan dan masalah yang dihadapinya. Anak-anak membutuhkan biaya , Allah akan mencukupi mereka karena Dia Dzat yang Mahakaya. Pelacur,perampok, dan orang-orang zhalim saja diberi rezeki,bagaimana mungkin anak-anak kita dilalaikan-Nya? Suami hatinya keras membatu, otoriter, dan suka bertindak kasar, apa sulitnya bagi Allah membolak-balikkan setiap hati, sehingga menjadi berhati lembut,baik, dan bijak.

Masalahnya, adakah keluarga kita layak mendapat jaminan-Nya ataukah tidak? Kuncinya adalah bahwa rumah tangga yang selalu dekat kepada Allah dan sangat menjaga keikhlasan dalam beramal, itulah rumah tangga yang layak memperoleh jaminan pertolongan -Nya. Semakin suatu rumah tangga jarang shalat, enggan bersedekah dan menolong orang lain, malas melakukan amal-amal kebaikan, ditambah lagi berhati busuk, maka semakin letihlah dalam mengelola rumah tangga ini. Rumah seluas apa pun akan tetap terasa sempit kalau hati para penghuninya sempit. Ketika berada di lapangan yang luas , lalu menemukan anjing atau ular, kita toh tidak merasa gentar. Akan tetapi, ketika di kamar mandi , berdua dengan tikus saja bisa jadi masalah.

Apa sebab ? Di ruangan kecil, perkara kecil akan menjadi besar. Sebaliknya diruangn yang lapang, perkara besar akan menjadi kecil. Karenanya, rumah tangga itu akan dirasakan kebahagiaannya hanya oleh orang-orang yang berhati bersih dan ikhlas. Bila kita temukan beberapa kekurangan pada istri kita , bukan masalah , karena toh isteri kita bukan malaikat. Demikian pun kekurangan yang ada pada suami, janganlah sampai jadi masalah, karena suami pun bukan malaikat. Kekurangan yang ada untuk saling dilengkapi, sedangakan kelebihannya untuk disyukuri. Lain lagi,bagi yang berhati busuk, kekurangan yang ditemukan pada istri atau suami akan dijadikan jalan untuk saling berbuat aniaya. Na’udzubillah! [

“Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji. apa yang ada dalam hatimu Allah Maha Mengetahui isi hati”(Q.S. Ali Imran [3]: 154)

Dalam kaca mata ruhiyah,bersatunya seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam satu ikatan pernikahan, adalah berhimpunnya dua hati yang memiliki harapan mulia, yakni membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Demikianlah sesungguhnya yang dikehendaki Allah yang memiliki sifat Rahman dan Rahim, sebagaimana firman-Nya, “Dan diantara bukti-bukti kekuasaan-Nya ialah diciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu mendapatkan ketenangan hati dan dijadikan-Nya rasa kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran –Nya bagi orang-orang yang berpikir.”(Q.S. Ar-Ruum [30]: 21)

Namun, dalam sisi lain, ternyata ikatan pernikahan itu berarti juga berhimpunnya dua manusia yang memiliki aneka sisi perbedaan. Demikian pula halnya manakala dikemudian hari hadir anak-anak di tengah-tengah mereka. Jenis kelaminnya saja sudah berbeda, apalagi karakternya, emosinya, keinginannya ,harapannya, sikapnya terhadap sesuatu, dan sebagainya.

Kalaupun sepasang suami istri tampak sering sejalan dalammenyikapi dan melakukan berbagai hal, itu hampir dapat dipastikan karena ada upaya dari masing-masingnya untuk rela saling menahan diri serta saling mengorbankan apa-apa yang potensial bisa memicu perbedaan itu sendiri. Walhasil, lahirlah dalam rumah tangga yang mereka bina perasaan tenteram,lapang hati , dan cinta kasih.

Itulah pula hikmah dari pernikahan itu sendiri, yakni dikaruniai-Nya mereka nikmat sakinah, mawaddah, warahmah. Titik-titik perbedaan itu sendiri, sewaktu-waktu bisa muncul ke permukaan, terutama bila diantara mereka sudah tumbuh keinginan untuk saling memaksakan kehendak dan enggan saling menghargai aspirasi masing-masing. Apalagi dan biasanya kalau semua itu lahir dari karakter dan tingkat emosionalitas masing-masing. Tidak jarang kita temukan rumah tangga yang hari-harinya penuh dengan pertengkaran dan kesalahpahaman , sehingga tidak sedikit berakhir dimeja perceraian.

Inilah justru bagian dari fenomena yang mungkin akan dihadapi oleh setiap pasangan suami istri, sehingga kita butuh bekal yang efektif untuk menyikapi dan menyiasatinya, agar kemungkinan munculnya potensi konflik semacam ini bisa dihilangkan atau setidak-tidaknya diminimalisasi. Apakah bekal yang harus kita miliki itu ? Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla mengaruniai kita ilmu yang bermanfaat serta kesanggupan untuk mengamalkannya dengan tepat.

Bersih Hati

Setiap saat ujian dan aneka masalah bukan tidak mungkin akan datang mendera rumah tangga dengan tiba-tiba. Bagaimana seorang suami atau seorang istri menyikapinya, ternyata tergantung dari satu hal, yakni qalbu ! Terserah kita, apa yang akan kita lakukan dengan masalah itu? Mau dibuat rumit, perumitlah. Nanti kita sendiri yang akan melihat dan merasakan buahnya.Namun, mau dibuat sederhana juga, silakan sederhanakan , nanti kita pun akan melihat dan merasakan buahnya.

Setiap masalah dalam rumah tangga bisa menjadi rumit dan bisa juga menjadi sederhana,tentu bergantung bagaimana kondisi hati kita yang kita miliki, yang akhirnya membuat kita harus memutuskan langkah bagaimana menyikapinya. Padahal,bagi kita kuncinya hanya satu : sesungguhnya tak ada masalah dengan masalah karena yang menjadi masalah adalah cara kita yang salah dalam menyikapi masalah.

Oleh sebab itu, hati yang bersih adalah bekal utama keempat yang harus dimiliki oleh para pelaku rumah tangga, setelah memiliki bekal ilmu , amal,dan keiklasan. Bersih hati,tidak bisa tidak, akan menjadi senjata pamungkas dalam menyiasati serumit dan sesulit apapun masalah yang muncul dalam sebuah keluarga. Adapun buahnya hampir dapat dipastikan adalah rumah tangga yang tenang tenteram, penuh cinta kasih , dan selalu saling mengingatkan dalam hal mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Sedangkan rumah tangga yang di dalamnya banyak disebut nama Allah, banyak dikumandangkan ayat-ayat -Nya, dan mampu menyempurnakan ikhtiar dalam mencari jalan keluar atas setiap masalah,niscaya akan menjadi keluarga yang sangat dekat dengan pertolongan–Nya dan akan menjadi suri tauladan bagi yang lain.

Subhanallah! Ujian dan masalah rumah tangga memang akan datang setiap saat, suka atau tidak suka. Namun,bagi suami dan istri yang berhati bersih ,semua itu akan disikapi sebagai nikmat dari Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Karena, bagaimanapun dibalik setiap ujian dan masalah itu pasti terkandung hikmah yang luar biasa mengesankan, yang akan semakin meningkatkan, kedewasaan dan kearifan, sekiranya mampu menyikapi segalanya dengan tepat, yang hal ini justru lahir dari hati yang bening dan bersih dari segala noktah-noktah kekotoran hawa nafsu.

Ujian dan persoalan hidup yang menimpa justru benar-benar akan membuat kita semakin merasakan indahnya hidup ini karena yakin bahwa semua itu merupakan perangkat kasih sayang Allah, yang membuat sebuah rumah tangga tampak semakin bermutu. Tidak usah heran, sehebat apapun kesulitan hidup yang menimpa, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam.

Tidak usah heran, sehebat apa pun kesulitan hidup yang menimpa , sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak akan pernah terguncang meski ombak dan badai saling menerjang. Pun laksana karang yang tegak tegar, yang tak akan pernah bergeser saat dihantam gelombang sedahsyat apapun. Sekali-kali tidak akan terbersit rasa putus asa ataupun keluh kesah berkepanjangan. Memang, betapa luar biasa para penghuni rumah tangga yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak akan pernah membuatnya lalai dari bersyukur. Andai pun musibah yang menerjang, ia akan mampu menegndalikan kayuh bahtera dengan tenang. Subhanalloh, sungguh teramat menegesankan. Wallahu a’lam Bisshowab (and).

Arti Sebuah Niat

Dari Umar bin Khathab ra, Rasulullah SAW bersabda :

"Segala amal perbuatan bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah dengan niat mencari keuntungan duniawi atau untuk mengawini seorang perempuan, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya itu". (HR. Bukhari)

Penjelasan:

Rasulullah SAW mengucapkan hadis ini ketika beliau hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Saat itu tersebar sebuah informasi bahwa ada seseorang yang ikut berhijrah karena mengejar wanita tunangannya. Nama wanita itu Ummul Qais. Sehingga pada waktu itu terkenal sebuah istilah muhajjir Ummul Qais atau yang berhijrah karena Ummul Qais. Niat biasanya diartikan sebagai getaran batin untuk menentukan jenis ibadah yang kita lakukan.

Contoh, kalau kita melakukan shalat pukul 05.30, ada beberapa kemungkinan; shalat Syukrul Wudhu, shalat Tahiyatul Masjid, shalat Fajar, Istikharah, atau shalat Shubuh. Setidaknya ada enam kemungkinan. Kita lihat semuanya sama, gerakannya sama, bacaannya sama, rakaatnya sama, tapi ada satu yang membedakannya yaitu niat. Masalah niat termasuk salah satu masalah yang mendapatkan perhatian "serius" dalam kajian Islam.

Niat dibahas panjang lebar baik itu dalam ilmu fikih, ushul fikih, maupun akhlak. Dalam ilmu fikih, niat ditempatkan sebagai rukun pertama dari rangkaian ibadah, seperti dalam shalat, zakat, puasa, maupun ibadah haji. Niat dalam ushul fikih biasanya dijadikan salah satu faktor yang menentukan status hukum suatu perbuatan. Nikah adalah salah satu contohnya. Ia bisa berstatus wajib, haram, dan sunnat, tergantung pada niat dari nikah tersebut.

Begitu pula ketika seseorang memakai gelar haji setelah pulang dari Makkah, hukumnya bisa wajib, bisa sunnat, bahkan haram. Tingkatannya sangat tergantung pada niat untuk apa ia memakai gelar haji tersebut. Niat dalam sudut pandang akhlak pengertiannya lebih menunjukkan getaran batin yang menentukan kuantitas sebuah amal. Shalat yang kita lakukan dengan jumlah rakaat yang sama, waktu yang sama, dan bacaan yang sama, penilaian bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya tergantung kualitas niatnya.

Niat yang tertinggi kualitasnya disebut ikhlas; sedangkan niat yang paling rendah kualitasnya disebut riya atau sum'ah, yaitu beribadah karena mengharapkan sesuatu selain keridhaan Allah. Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya.

Beliau bersabda :

"Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil."

Para sahabat bertanya : "Apakah syirik kecil itu?"

Beliau menjawab : "riya."

Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis.

Mereka berkata, "Ya Allah di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat".

Para malaikat menjawab :

"Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Allah, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu."

Jelaslah, bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya.

Bila niat kita lurus, maka lurus pula amal kita. Tetapi bila niat kita bengkok, maka amal kita pun akan bengkok. Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah seru sekalian alam". Wallahu a'lam bish-shawab.

Cinta yang Takkan Pernah (Mampu) Terbayar




Lutfia, bukan siapa-siapa. Tapi ia menjadi seseorang yang akan disebut namanya di Surga kelak oleh Yusuf, anak tercintanya. Dan ia akan menjadi satu-satunya yang direkomendasikan Yusuf, seandainya Allah memperkenankannya menyebut satu nama yang akan diajaknya tinggal di Surga, meski Lutfia sendiri nampaknya takkan membutuhkan bantuan anaknya, karena boleh jadi kunci surga kini telah digenggamnya.

Bagaimana tidak, selama dua hari Lutfia menggendong anaknya yang berusia belasan tahun mengelilingi Kota Makassar untuk mencari bantuan, sumbangan dan belas kasihan dari warga kota, mengumpulkan keping kebaikan dan mengais kedermawanan orang-orang yang dijumpainya, sekadar mendapatkan sejumlah uang untuk biaya operasi anaknya yang menderita cacat fisik dan psikis sejak lahir.

Tubuh Yusuf, anak tercintanya yang seberat lebih dari 40 kg tak membuat lelah kaki Lutfia, juga tak menghentikan langkahnya untuk terus menyusuri kota. Tangannya terlihat gemetar setiap menerima sumbangan dari orang-orang yang ditemuinya di jalan, sambil sesekali membetulkan posisi gendongan anaknya. Sementara Yusuf yang cacat, takkan pernah mengerti kenapa ibunya membawanya pergi berjalan kaki menempuh ribuan kilometer, menantang sengatan terik matahari, sekaligus ratusan kali menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang kering sekering air matanya yang tak lagi sanggup menetes.

Ribuan kilo sudah disusuri, jutaan orang sudah dijumpai, tak terbilang kalimat pinta yang terucap seraya menahan malu. Sungguh, sebuah perjuangan yang takkan pernah bisa dilakukan oleh siapa pun di muka bumi ini kecuali seorang makhluk Tuhan bernama; Ibu. Ia tak sekadar menampuk beban seberat 40 kg, tak henti mengukur jalan sepanjang kota hingga batas tak bertepi, tetapi ia juga harus menyingkirkan rasa malunya dicap sebagai peminta-minta, sebuah predikat yang takkan pernah mau disandang siapapun. Tetapi semua dilakukannya demi cintanya kepada si buah hati, untuk melihat kesembuhan anak tercinta, tak peduli seberapa besar yang didapat.

Tidak, ia tak pernah berharap apa pun jika kelak anaknya sembuh. Ia tak pernah meminta anaknya membayar setiap tetes peluhnya yang berjatuhan di setiap jengkal tanah dan aspal yang dilaluinya, semua letih yang menderanya sepanjang jalan menyusuri kota. Ibu takkan memaksa anaknya mengobati luka di kakinya, tak mungkin juga si anak mengganti dengan seberapa pun uang yang ditawarkan untuk setiap hembusan nafasnya yang tak henti tersengal.

Lutfia, adalah contoh ibu yang boleh jadi semua malaikat di langit akan mengagungkan namanya, yang menjadi alasan tak terbantahkan ketika Rasulullah menyebut "ibu" sebagai orang yang menjadi urutan pertama hingga ketiga untuk dilayani, dihormati, dan tempat berbakti setiap anak. Lutfia, barangkali telah menggenggam satu kunci surga lantaran cinta dan pengorbanannya demi Yusuf, anak tercintanya. Bahkan mungkin senyum Allah dan para penghuni langit senantiasa mengiringi setiap hasta yang mampu dicapai ibu yang mengagumkan itu.

Sungguh, cintanya takkan pernah terbalas oleh siapapun, dengan apapun, dan kapanpun. Siapakah yang lebih memiliki cinta semacam itu selain ibu? Wallaahu 'a'lam

ANAK KERANG


Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.

"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam."

"Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara ;

air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

*******************************************************************

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang,

atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

So..sahabat mungkin saat ini kamu sedang mengalami penolakan, kekecewaan, kesedihan, atau terluka karena orang2 dan hal2 di sekitar kamu.

Cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan didalam hatimu.

"Airmataku diperhitungkan Tuhan..dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara2... "

Metal Slug

Obat Hati....dengarkanlah

Buku tamu

<
ShoutMix chat widget
>